Suatu
hari di musim hujan menjelang sore, saya berkenalan dengan serial Supernova. Dimulai
ketika saya sedang menyusuri atau lebih tepatnya skimming diantara rak rak buku di Gramedia. Lalu, novel berwarna
hitam itu menarik perhatian saya. Membaca bagian belakang novelnya memberikan
kesan bahwa novel ini menjanjikan
petualangan. Hem, cus lah saya beli.
Serial
supernova yang saya baca pertama adalah
PARTIKEL. Membaca partikel meninggalkan rasa sakit agak nyelekit di hati. Ketika
Firas, ayah Zarah menghilang begitu saja tanpa jejak, tanpa penjelasan, hanya
meninggalkan sedikit petunjuk yang dirunut Zarah satu satu. Berbekal petunjuk
itu Zarah mengikutinya yang kemudian
membawanya ke kalimantan hingga ke inggris.
Bagi
saya, yang membuat novel ini menarik
tentu saja adalah pembahasan tentang dimensi lain. Petunjuk yang ditinggalkan
ayah Zarah berupa sketsa dengan gambar alien, pengalamannya dengan dunia fungi
sebagai pintu memasuki dimensi lain, serta kemungkinan bahwa orang terdekat
kita bisa jadi adalah bagian dari makhluk dimensi lain itu merupakan bagian
yang menghisap perhatian saya. Terbilang cukup berat, namun kemampuan Dee
menulis membuat novel ini dapat diselesaikan dengan renyah.
Maka
sampailah saya di halaman terakhir novel dimana petunjuk untuk menemukan ayah
Zarah memberi harapan. Lalu bingunglah otak saya, bagaimana bisa ceritanya
hanya berakhir disini. Dan yang benar saja. Ternyata Partikel hanyalah salah
satu dari beberapa seri supernova dengan urutan seperti ini: KPBJ (Kesatria,
Putri dan Bintang Jatuh), Akar, Petir, Partikel ,Gelombang, dan yang
terakhir adalah Intelegensi Embun Pagi.
Maka,
dengan semangat dan rasa penasaran yang membara. Saya bertekad menamatkan semua
seri SUPERNOVA.
Saya
mulai dengan Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh atau disingkat saja KPBJ. Menurut
saya, istilah-istilah sains didalamnya cukup banyak. Membuat saya cukup
terpontang panting mengikuti kecerdasan tokoh utamanya. Serta, perasaan 'tabu'
yang ditanam sejak kecil dari lahir oleh orang tua saya akan kisah cinta
pasangan sesama jenis membuat saya membaca novel ini agak lambat untuk
mengerti. Kesan petualangan cukup kurang disini. Tapi, tapi, tapi, cara novel
ini diceritakan terbilang unik menurut saya. Dimana, tokoh utama yaitu Reuben dan Dimas yang sedang mempersiapkan hadiah bersama untuk hari jadi mereka memutuskan
untuk membuat novel dengan tokoh utama Diva. Hal ini membuat saya merasa sedang
membaca novel di dalam sebuah novel. Terlebih lagi, ternyata para tokoh utama
yang ada didalam novel yang ditulis oleh Reuben dan Dimas itu 'hidup' alias memang ada di dunia tempat
Reuben dan Dimas berada. Wow! Cukup untuk membuat alis terangkat!
Setelah
menyelesaikan KPBJ saya melanjutkan membaca AKAR. Jika di dalam KPBJ yang
bertutur adalah Dimas dan Reuben maka dalam novel AKAR yang bertutur adalah
tokoh utamanya sendiri. Tokoh utamanya adalah Bodhi, pemuda dengan model batok kepala unik, ada tonjolan
tulang seperti tulang belakang yang membelah dari ujung dahi hingga ke bagian paling
belakang kepala, yang selalu ditutupinya dengan bandana. Sebantang kara. Tak
tau tempat tanggal lahirnya sendiri. Namun, bahkan sang penjaga vihara yang
juga seorang ahli wushu keturunan asli cina utara pun memanggil Bodhi dengan
panggilan suhu. Bodhi membawa saya mengetahui kehidupan anak punk serta
mengajak berkeliling asia tenggara. Bodhi adalah tokoh yang
mencari dirinya sendiri. Berusaha menemukan jawaban akan ‘penglihatan’ yang
selalu mengajaknya untuk berkomunikasi. Maka dipertemukanlah ia dengan Kell, lalu
berpisah untuk kemudian mencarinya kembali demi tugas yang harus
diselesaikannya. Sama seperti Novel
sebelumnya, banyak kosa kata dan kalimat yang harus saya baca perlahan bahkan
saya ulang untuk bisa paham. Namun, tentu saja novel ini tetap asyik untuk
dibaca.
Seri
selanjutnya adalah PETIR. Kesan pertama saya membaca Petir yaitu satu kata
'gokil'. Cara Dee bercerita sering membuat saya cekikikan sendiri. Karakter
Elektra si kecil mungil nan pemalas
dengan kekuatan listrik itu memiliki jalan pikiran yang saklek. Saya cukup menikmati membaca
sepanjang cerita. Bahkan jujur setiap kali saya buka lembar halaman baru, saya
menantikan humor selanjutnya yang akan disajikan. Saya juga menyenangi fakta
bahwa akhirnya Elektra merasa bermanfaat ketika akhirnya dia bisa menyembuhkan
orang dengan kekuatan listriknya itu. Secara keseluruhan novel ini tidak
membuat saya berpikir banyak seperti novel sebelumnya. Cukup ringan untuk
bacaan sore hari sembari menunggu bedug magrib. Atau dibaca sedikit sedikit
sambil menunggu rebusan mendidih.
Setelah
menyelesaikan PETIR maka lanjutlah saya membaca GELOMBANG. Alfa Sagala pun
menjelma menjadi tokoh novel yang bisa bikin 'halu'. Betapa tidak dia
digambarkan sebagai sosok laki laki tampan, pintar lalu dengan segala jerih
payah dia bisa menjadi kaya. Manly
banget pokoknya!. Bersama Alfa sagala saya dibawa ke dimensi lain. Yaitu
dimensi mimpi. Dan merasakan pertemuan langsung dengan sosok pelindung bernama
Jaga Fortibi. Hingga segala pertanyaan dalam benaknya pun mulai menemukan
jawaban. Pertanyaan akan mimpi yang terus berulang. Jawaban itu ternyata
memintanya untuk pulang ke Indonesia. Ke rumahnya untuk segera ditemukan. Seri
ini menurut saya semakin memberikan hubungan titik-titik dari keping
sebelumnya.
Dan
kelanjutannya tentu saja ada di dalam novel INTELEGENSI EMBUN PAGI. Novel
sebanyak 700an halaman ini sukses buat saya menahan keinginan ngemil sambil
membaca. Alias saya sangat sangat fokus membaca. Di dalam INTELEGENSI EMBUN
PAGI Semua kepingan itu akhirnya disatukan disini. Ternyata tokoh tokoh dalam
setiap seri Supernova adalah peretas yang didatangkan ke bumi dengan misi.
Berakhir dengan kematian Alfa Sagala tokoh GELOMBANG(yang saya tangisi sampai
mata bengkak ). Lalu, diceritakan setiap peretas yang telah menemukan diri
mereka masing masing melanjutkan hidupnya.
Sembari
terus membaca ke lembar lembar akhir ada harapan yang terus saya ulang. Semoga
seri ini ada kelanjutannya. Atau setidaknya silahkan buat saya 'ngegantung'
karna itu adalah pertanda baik bahwa seri ini akan dilanjutkan. Ternyata saya
menemukan sesuatu yang semoga saja bisa jadi sebab seri ini dilanjutkan.
Apakah
itu?
Di
bab terakhir diceritakan bahwa akan ada peretas puncak yang akan datang dari
orang tua yang juga adalah peretas. Saya menantikan peretas puncak itu di novel
selanjutnya (iyakan?)
Ataukah
memang beginilah apa adanya akhirnya?
Akhir yang membuat saya harus menerima, seperti zarah yang menerima
kepergian ayahnya. Akhir yang membuat saya tetap saja belum bisa move on dari kematian tokoh Alfa Sagala.
Akhir
yang membuat saya berharap tapi disaat yang sama bersiap untuk kecewa. J
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mengunjungi blog ini dan terima kasih atas kritik dan sarannya. Semoga blog ini bisa terus diberdayakan dan bermanfaat bagi pembaca