Selalu ada alasan dibalik sebuah tindakan, sesederhana apapun alasan itu. Maka disini, alasan saya menuliskan tentang 'invictus' adalah karna saya kena imbas setelah membaca puisi ini dan saya berharap kamu juga kena imbas. kamu. iya kamu!. sudah siap?.
Here it is.
Kita mulai dengan membaca versi Englishnya. Tapi tunggu dulu, keknya ada yang kurang pemirsa. yep, saya belum sampaikan arti dari kata 'Invictus' itu sendiri. Sebelum lanjut kita jelasin singkat saja yaa. Jadi, Invictus itu berasal dari bahasa Italia yang dalam bahasa inggris berarti unconquerable alias ' Tak terkalahkan' dalam bahasa Indonesia. wuuuuhhh, dari judulnya saja sudah kebayang karakter dari naratornya (seseorang yang 'berbicara' dalam puisi).
Fakta lainnya adalah sebenarnya puisi ini aslinya tidak memiliki judul. Judul 'Invictus' ditambahkan oleh editor Arthur Quiller-Couch ketika puisi tersebut dimasukkan kedalam The Oxford Book of English Verse". Maka jadilah puisi tersebut seperti yang berikut ini. CEKIDOT!
INVICTUS
by: Ernest William Henley
Out of the night that covers me,
by: Ernest William Henley
Out of the night that covers me,
Black as the pit from pole to pole,
I thank whatever gods may be
For my unconquerable soul.
In the fell clutch of circumstance
I have not winced nor cried aloud.
Under the bludgeonings of chance
My head is bloody, but unbowed.
Beyond this place of wrath and tears
Looms but the Horror of the shade,
And yet the menace of the years
Finds and shall find me unafraid.
It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate,
I am the captain of my soul.
Buat teman-teman yang sudah ngeh sama semua kosa kata yang dipakai dalam puisi tersebut pasti dapat kesan luar biasa setelah membacanya. Soalnya, "Puisi ini keren abis".
Tidak hanya penggunaan kata-kata yang kuat seperti unconquerable soul, atau unafraid, di dalam puisi ini juga terdapat penggunaan imagery (Pencitraan) seperti black as the pit, night yang menambah kesan kesulitan yang dihadapi oleh narator semakin terasa oleh pembaca.
Selain itu terdapat Figurative Language, berupa fersonifikasi seperti my unconquerable soul, menciptakan image seolah-olah soul dari narator tersebut adalah makhluk hidup nyata yang tak akan pernah bisa ditaklukkan oleh apapun.
Tambahan pula, puisi ini semakin indah dengan rima yang tercipta dari pilihan kata yang sengaja dipilih untuk menyamakan bunyi akhirnya menjadi a-b-a-b. perfecto.
Nah, sekarang kembali ke pembahasan pertama soal imbas dari puisi ini. Saya pertama kali baca puisi ini waktu kelas satu SMA tepatnya tahun 2011. Saya baca versi bahasa Indonesia.
Kenapa saya kena imbas?.
Menurut pendapat saya. Ada dua jenis orang yang akan tersentil dengan puisi ini. Pertama adalah orang-orang dengan karakter yang sama seperti penggambaran narator puisi itu. Seorang yang berani di tengah kegelapan, teguh di tengah amarah dan airmata, bahkan jiwanya merdeka kala raganya terpenjara. wuuuuhhh. Dengan membaca puisi ini, orang-orang tersebut akan semakin berkembang menjadi orang dengan karakter Invictus. Kisah Nelson Mandela yang menguatkan kawan-kawannya didalam tahanan dengan puisi ini adalah salah satu buktinya.
Yang kedua adalah orang yang tidak memiliki karakter tersebut atau bisa jadi kebalikan dari karakter tersebut. Orang-orang yang manja, merasa masalahnya yang paling besar di dunia ini, merasa sulit bahkan ketika kemudahan itu dimilikinya. Orang-orang ini semestinya perlu ditampar dengan puisi ini. Nah, saya kena imbas dari puisi ini karena saya adalah salah satu dari dua jenis orang yang berpontensi tersentil tersebut :V.
Sebagai penutup, disini saya tambahkan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Meskipun saya kurang setuju dengan puisi yang diterjemahkan -Percaya deh, sedikit atau banyak terjemahan merusak makna-. Tapi, tetap saya mau bilang.. Selamat menikmati :D
INVICTUS (TAK TERKALAHKAN)
oleh: Ernest William Henley
Dari malam yang menyelimutiku
Sehitam lubang yang dalam
Sehitam lubang yang dalam
Aku berterima kasih kepada Tuhan
Dimanapun Ia berada
Atas jiwaku yang tak terkalahkan
Di dalam keadaan yang menimpaku
Aku tak mengeluh atau pun menangis
Atas jiwaku yang tak terkalahkan
Di dalam keadaan yang menimpaku
Aku tak mengeluh atau pun menangis
Dibawah tempaan takdir
Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan
Dibalik tempat amarah dan air mata ini
Hanya menguntip horror kematian
Namun, ancaman bertahun-tahun akan menemukanku
Tanpa rasa takut
Seberapa pun kuatnya gerbang
Seberapa pun beratnya hukuman
Aku adalah penguasa takdirku
Aku adalah kapten jiwaku
Aku adalah kapten jiwaku
Writer : Nur Misfawati
Great !@@
BalasHapusHelpful😊
BalasHapus
BalasHapusInvictus.
Kak, aku juga tersentil sama puisi ini ðŸ˜
BalasHapusnice review of the legendary poem. best regards http://www.pakfaizal.com/
BalasHapusNICEEEEE
BalasHapus